Saturday, September 22, 2007

Aku Tak Bisa Mengerti

Aku tak mengerti akan diriku ini, mengapa hati ini menjadi berubah, yang hanya pada diri dan hatiku, semua terlihat kabur, terlihat bukan pada tempatnya, serasa sakit sekali bila memikirkan keadaan diriku ini.

Memikirkan apakah ini hanya suatu luapan emosi, dan tak memakai rasio belaka, aku semakin sadar akan kekeliruan ini, semoga saja ini hanya semu dan tak bertahan lama, karena rasa ganjalan hatiku pada keadaanku sekarang,

Permasalahan ini hanya aku membaca buku novel dari maria a sardjono, ah lagi-lagi aku terlarut dalam angan belaka, terbawa kisah yang sungguh bagai diriku yang asing,.. (merambah bukit wadas)

Mengapa ini justru bukan pada tempat aku yang memang harus ku akui tentang beberapa hal, aku sebagai diriku yang sepatutnya dewasa, memikirkan banyak hal utnuk hidupku kedepan, tak sepantasnya aku berada pada posisi yang bukan sebagai diriku, masih bersenang-senang tak memperhitungkan segala halnya dengan matang, masih berfikiran kekanakan, aku harus bisa merubahnya seperti aku bisa merubah diriku pada apa yang terlihat baik saja.

Memang aku mengakui aku labil dalam berfikir dan bertindak, sekaligus mengambil keputusan, banyak hal yang mendasari demikian, banyak pula yang menyebabkan demikian, salah satunya adalah diriku yang masih saja temakan situasi dan kondisi terhadap orang yang memang perhatian, dan menarik, tapi bila aku memikirkannya, siapa saja jika orang itu semenarik, aku akan lebih terfokus dan terkagumi, apapun itu,
Itulah sisi kelemahan padaku, seolah menghiraukan logika diriku, menghentikan akal sehatku, serta ketidak warasanku, terlalu terbawa angan dan impian yang tak kunjung menjadi nhyata,

Kenyataan saja seharusnya aku lebih bisa memilih yang sebenarnya dalam hidup ini, memandang segala sesuatunya dengan rasio, ah, lagi lagi aku munafik dalam menilai diriku, yang sebenarnya teramat kubutuhkan justru ku lihat diriku menghindarinya,

Aku membutuhkan perhatian, membutuhkan pertolongan orang yang bisa aku percaya, menilik diriku lebih dari sekedar manusi yang kokoh berdiri, namun dengan tangan halusnya mampu menjamah relung hatiku untuk sekedar menyadarkan diriku yang bukan terlihat di mata, namun jauh di dalamnya aku memang lelaki yang kesepian, hanya berteman dengan sunyi hati, meski senyum dan tawa menyertaiku, di balik itu, aku tak mampu menunjjukan betapa aku masih ingin di cintai dan di sayangi, merasa dibutuhkan dan membutuhkan apa yang sudh semestinya aku butuhkan,

Barang kali aku terlalu larut dalam keseharian diriku, hingga aku tak lagi memikirkan apa yang menjadi diriku, tak terpikirkan betapa aku lelah, namun aku terus berjuang karena satu hala yang tak ingin aku lakukan, yaitu mengenang dan larut kedalam kekasih yang tak setia,

Yah, penghianatan itu teramat memukul dasar relung hatiku, mencabik gairah hidupku, membantu dalam kehancuran hatiku.....

Ah, aku berusaha untuk menyelami ini, memaknai hatiku kembali dan menata diriku yang porak poranda di tahun ini,... apakah aku memang masih mencintai dirinya, dan sebagai kebutuhan dalam diriku ini, rasanya tidak, aku bukan lelaki lemah yang hanya kalah dengan fikiranku, namun sesungguhnya fisikku harus kuat dalam menghadapi ini semua, aku takperlu larut terlalu lama di sini, di hatiku pada seorang nama yang telah meninggalkan diriku,

Setahun ini aku sudah banyak menghabiskan waktu yang percuma, menyalahi kodratku untuk tetap hidup dalam kebaikan, setidaknya kebaikan itu untuk diriku sendiri, yah, setahun ini aku terlalu larut, tanpa bisa melihat potensi diriku yang telah timbul, aku ingin diriku mampu menguasainya, aku harus bangkit dari keterpurukan, bukan hanya diriku yang tak mengerti akan sikapku,

Putusnya diriku dengnyya awalnya kusadari akan kesalahanku, sebagai lelaki aku tak di tunjang dengan tingkah laku dan perlakuan sebagai lelaki, semua aku tumpahkan padaku. Pada fisikku yang tak mendukung ini, pada kelainanku yang terbungkus oleh kemunafikan, aku masih ingin normal, bukan hanya sebagai birahi yang sesaat,


Banjarbaru, 1 juli 2007

Barangkali apa yang aku lakukan untuk masa depanku yang aku rencanakan akan dapat mengacu pada hati nurani dan kehidupan yang layak, aku tak bisa mengambil suatu kejelasan tentang rencanaku, hanya saja kubutuhkan diriku pada hal yang semestinya, tak perduli apakah itu akan membuat aku menjadi orang yang berbeda dengan seblumnya,

Hidup itu pilihan, tentunya aku akan memilih hidup yang layak dan yang baik menurut pemikiranku, aku tak ingin hidup ini hanya sia-sia belaka, tanpa adanya kejelasan tentang masa depan,

Hidup itu peroses,

Bpsmb 2 juli 2007

Aku masih saja di repotkan dengan urusan kecil, tapi justru membuat aku menjadi agak terganggu, apalagi bila urusan kecil itu menjadi besar, ketika aku harus melewatkan atau mengidahkan sesuatunya, contohnya saja, aku di buat bingung dengan urusan mengambil uang di jamsostek, karena keanggotaanku di perusahaan tersebut sudah setahun setengah yang lalu berhenti,

Haku yang kuambil memang sudah bisa di cairkan, lumayan sih, 1.250.000 kan mayan besar tuh. Tapi yah itu tadi aku harus mengambil ke banjarmasin, mana bisa aku sigap harus hari ini juga mengambilnya, aku harus mencari hari yang tepat dan jam yang tidak menggu pekerjaan lain,

Tapi itu baru hal yang kecil pertaman, aku juga di bingungkan dengan urusan yang lain, seperti menyusun krs, untuk semester 5 ini, atau registrasi, dan melihat mata kuliah yang di tawarkan di semester ini, dan semua itu harus di sesuaikan dengan kondisi waktu aku bekerja.

Aku bekerja tidak ingin setengah-setengah yang membuatku menjadi semakin tak kauran saja untuk menyelesaikan semua itu,

Ah, jika difikir-fikir kapan aku memiliki waktu santai, atau luang, semuanya sudah terprogram dan terencana, setiap harinya tetap pula,. Dan aku hanya memliki waktu yang sedikit untuk bisa menikmati bahkan beristirahat, seringpula hoby ku tak ku laksanakan, karena memang kesibukanku yang banyak menyita waktu,...

Meski aku teramat mengerti tentang kondisiku ini, toh, aku berusaha untuk tetap enjoy, menikmati semua kegiatanku ini, soalnya mau gimana lagi, ya mesti begitu, resiko yang harus aku ambil, sebab semua itukan memang seharusnya pla ada pertimbangan dan perencanaan yang baik,

Aku sedndiri juga bingung, sekarang dengan kondisiku ini, apa aku yang mengendalikan waktu, atau waktu yang mengendalikan aku, soalnya terkadang aku tidak maksimal mengerjakan apapun dikarenakan aku harus memenuhi tanggung jawab, dan janji,

Aku harus profesional dalam bertindak dan mengenai pekerjaan tantunya tak ada kompromi, sekarang saja, di sdla kesibukanku, aku mengharap masih sempat untuk meluangkan waktu untuk sekedar mencari hiburan dan kesenangan,

Ah, sekalilagi keluhanku membuat aku menjadi agak beda dengan yang lain.

Banyak yang tak kumengerti akan diriku yang selalu membaut aku menajdi tampak tak berdaya di manapun juga,

No comments: