Sunday, April 06, 2008

Menghalau Dinding Cinta

Sadar akan cinta rani yang tak direstui oleh kedua orang tuanya, rani pun mencoba menyakinkan raja, bahwa lebih baik mereka lari saja, membina hidup bahagia nun jauh dari halauan kekerasan takur sing, sang ayah yang beberapa hari ini menjadi sesosok orang yang paling di benci rani, betapa tidak, cinta tulus suci rani pada raja, harus di korbankan demi ke egoan sang ayah yang jendral,

tak terima dengan perlakuan takur sing kepada raja, ranipun tak kalah murka, betapa rani mencintai raja, seluruh hidupnya adalah milik raja, pun demikian halnya, bahwa raja tak kan pernah melepaskan rani, meski penderitaan dan ancaman takur kepadanya, raja tetap bersikukuh, bahwa cintanya akan berhasil mengalahkan kesombongan takur sing.

Rani tak kuasa membendung air mata kesedihannya, ketika luka raja dibalut dengan sari birunya, betapa perihnya hati rani, tak terkira, kekejaman ayahnya, membuat raja harus rela berdiam diri di rimba belantara tak menentu, tidak makan, tidak tidur, selalu terjaga, meski hidupnya sudah tak berarti lagi, namun raja tetap membuka mata indahnya, memandang sekitar hutan di balik pepohonan rimbun itu, sekedar memastikan bahwa mereka aman,

rani yang semakin hari, semakin besar cintanya pada raja, yakin akan cinta mereka, bahwa meski maut tak kan mampu memutuskan cinta mereka, ranipun berikrar, akan ku persembahkan nyawaku, untuk kekasih pujaan hatinya, karena cinta rani hanya untuk raja.

raja terpekik, mencoba menyusuri jalan berlumpur tepi jurang curam, yang menyeret mereka ke depan maut, ketika mereka harus terdesak dengan kekejaman takur, rani mencoba menyakinkan sang ayah, betapa dia tidak ingin di pisahkan dengan raja, meski nyawa taruhannya, takur yang murka, tak bergeming dengan kekerasan hatinya, tak mengindahkan lagi pesan dan rintihan iba sang istri, betapa ibunda rani, ingin rani kembali kepeluannya,.

takur naik pitam, desakannya tak membuat rani sang anak dan raja, si bajingan tengik yang dianggapnya sampah itu melepaskan rani, mereka berdua saling menutupi diri, kadang rani di depan raja, dan kadang raja di depan rani, mencoba menghalangi kekasihnya pada senapan yang terbusung di dada mereka.

kemelut melanda hati tkaur, namun kekejaman dan kesombongannya mengalahkan rasa sayang pada buah hati kecilnya, dan tak terelakkan lagi, peluru bersarang di dada rani, dan ranipun tersungkur, betapa ikrar rani untuk tetap hidup dengan raja, telah terpenuhi. raja histeris, mencoba untuk menyelamatkan rani, namun rani mengelak, menghardik raja agar cepat pergi menyelamatkan diri, namun raja bersikeras, dengan membopong rani, menyusuri jalan curam tepi jurang terjal, membopong tubuh kaku rani, tak kuasa, rajapun tak mampu menahan peluru yang bersarang di punggungnya, berdua mereka melepas maut, di pegunungan raja rani

No comments: